Senin, 29 Agustus 2011

Perbedaan Idul Fitri 1432 H Tetap Harus Kita Jaga Ukhuwah Islamiyah

Meski waktu perayaan Idul Fitri berbeda semoga masyarakat bisa untuk saling menghormati dan tetap menjaga tali persaudaraan sesama muslim. Bahkan masyarakat diimbau agar tidak mempermasalahkan dan memperbesar perbedaan ini.

Penetapan tanggal 1 Syawal 1432 Hijriah dipastikan berbeda. Misalnya Muhammadiyah sudah menetapkan hari kemenangan tahun ini jatuh pada 30 Agustus, sedangkan Nahdlatul Ulama (NU) memutuskan Idul Fitri 1432  jatuh pada 31 Agustus. Bahkan sidang Isbatpun oleh Kementrian agama idhul fitri ditetapkan pada 31 Agustus 2011. Penyebab perbedaan tak lain karena metode yang digunakan tersebut berbeda. Muhammadiyah menggunakan metode hisab sedangkan NU memilih metode rukyatul hilal (melihat bulan baru).


Meski waktu perayaan Idul Fitri berbeda namun masyarakat di minta untuk saling menghormati dan tetap menjaga tali persaudaraan sesama muslim. Bahkan masyarakat diimbau agar tidak mempermasalahkan dan memperbesar perbedaan ini.
semoga perbedaan itu jangan sampai membuat pecah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim). Karena di balik perbedaan itu pasti ada hikmah yang perlu disimak bersama. Sebagaimana kutipan hadits Nabi Muhammad Saw yang berkaitan dengan perbedaan tersebut.

"Sebab itu, tidak pada tempatnya membesar-besarkan perbedaan Idul Fitri, apalagi sampai menimbulkan perselisihan atau kehancuran persatuan dan kesatuan umum Islam, karena Islam sudah mengatur masalah perbedaan tersebut,"

Perbedaan Idul Fitri merupakan hal yang wajar dan sering terjadi. Tapi walau terjadi perbedaan Idul Fitri, persatuan dan kesatuan umat Muslim harus tetap utuh, karena tak hal-hal yang prinsipil. untuk itulah  baik mereka yang melaksanakan perayaan Idul Fitri lebih awal maupun belakangan tetap harus menjaga toleransi, sehingga tak menimbulkan permasalahan umat.
 Kerukunan sesama umat beragama tersebut hendaknya kita jaga terus, dan jika mungkin ditingkatkan lagi, begitu pula kerukunan antara umat beragama.

Mestinya  seluruh umat Islam diharapkan untuk tidak berpolemik jika terjadi perbedaan dalam penetapan 1 Syawal 1432 Hijriah. "Kalau terjadi perbedaan dalam penetapan 1 Syawal, kita minta kepada masyarakat untuk tidak menjadikannya sebagai latar belakang yang dapat merusak silaturahim antarsesama.

Ketua MUI mengatakan perbedaan dalam penetapan 1 Syawal disebabkan berbedanya teori yang dijadikan acuan. Walau demikian, sebaiknya umat Islam dapat mengikuti ketetapan 1 Syawal yang dikeluarkan pemerintah demi kebersamaan. "Karena ketentuan yang akan dikeluarkan pemerintah tersebut sudah berdasarkan masukan-masukan dari pihak-pihak yang berkompeten, dan juga badan hisab dan rukyat.


Sementara itu, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur siap berbeda dalam Idul Fitri, namun perbedaan itu tidak boleh memutuskan silaturahmi warga NU-Muhammadiyah, Kalau Idul Fitri memang berbeda, ya tidak mungkin dipaksakan untuk sama, karena ada argumentasi dan ijtihad masing-masing. Kalau dipaksakan menjadi satu justru tidak wajar," kata Wakil Ketua PW Muhammadiyah Jatim Prof H Zainuddin Maliki, seperti ditulis antaranews.com .menurutnya masyarakat awam terlihat lebih siap dengan perbedaan itu dibandingkan kaum politisi, terbukti cara masyarakat awam menyikapi perbedaan awal Ramadhan dan Idul Fitri yang berjalan normal, dan hal itu tidak sampai memutuskan tali silaturrahmi antar masyarakat.

Masyarakat sudah menyadari bahwa awal Ramadhan dan Idul Fitri itu tidak mungkin dipaksakan untuk sama atau disatukan, kecuali hasil ijtihad dari para tokoh agama yang dianutnya memang sama.

"Kalau ada masyarakat awam yang tidak siap itu biasanya karena mereka dimanfaatkan oleh kaum elite untuk kepentingan politis dan masyarakat awam hanya menjadi korban. Jadi, masyarakat awam elite siap daripada politisi dalam berbeda Idul Fitri.  Wawahu 'alam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar