Senin, 29 Agustus 2011

Alasan NU Menggunakan Rukyat Dalam Menentukan Idhul Fitri 1432 H

Jika Muhammadiyah memakai metode hisab dengan pendekatan wujudul hilal, NU memilih menggunakan metode rukyat dengan pendekatan imkanu rukyat dalam menentukan masuknya bulan Qamariah.

Mengapa NU Menggunakan Rukyat ?

Menjelang penentuan 1 Syawal 1432 Hijriah sebagai hari Idul Fitri 2011 wacana rukyat dan hisab kembali mengemuka.Jika Muhammadiyah memakai metode hisab dengan pendekatan wujudul hilal, NU memilih menggunakan metode rukyat dengan pendekatan imkanu rukyat dalam menentukan masuknya bulan Qamariah.
Patokannya adalah hadits Rasululllah, “Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah (idul fitri) karena melihat hilal pula. Jika bulan terhalang oleh awan terhadapmu, maka genapkanlah bilangan bulan Sya’ban tigapuluh hari” (HR Al Bukhari dan Muslim).

KH. Ghozalie Masrurie, Ketua Lajnah Falakiyah Pengurus Besar NU, berpandangan bahwa rukyat selain perintah Rasulullah juga memberi kemudahan.

“Rukyat tidak serumit hisab yang penuh dengan teori. Waktu saya masih kecil dan tinggal di kampung, suasana masih gelap gulita dan tidak ada listrik. Radio pun tidak ada. Ibu saya menerawang bulan dengan menggunakan kerudung. Hasilnya, ibu langsung bisa mengatakan hari itu 1 Ramadan,” ujarnya seperti pernah dilansir di suaramerdeka.com, (08/08).

Hisab menurutnya, selain rumit juga rentan memunculkan perbedaan lantaran saking banyaknya metode hisab.

“Di Indonesia saja paling tidak ada 25 metode hisab, dari yang paling rendah tingkat akurasinya sampai yang tinggi akurasinya. Perbedaan dalam hitungan menit atau jam masih bisa ditoleransi, tetapi kalau hitungan hari, itu sangat fatal. Kita pernah mengalami hal yang fatal ini,” terang Kiai Ghozalie.

Hal itu terjadi pada penentuan hari raya Maulid Nabi Muhammad SAW. Almanak yang dibuat Depag dan NU itu berbeda pada awal bulannya. Perbedaannya sampai sehari.

Beranjak dari kasus itu, ia mengajak umat untuk kembali pada hadis Rasulullah yang memang tidak pernah memerintahkan hisab.
Kendati demikian, imbuh Kiai Ghozalie, bukan berarti NU tidak melakukan hisab. “Sebelum melakukan rukyat, kami melakukan hisab terlebih dahulu untuk menghitung di mana letak  matahari waktu terbenam. Apakah di sebelah Utara titik Barat dengan sekian derajat tingginya, atau di mana. Ini untuk memandu proses rukyat,” terangnya.

Tak hanya itu, untuk semua awal bulan Qomariah, NU sudah menghitungnya jauh-jauh hari. Hasilnya juga diketahui, namun hal itu harus diklarifikasi dengan rukyat.

Untuk penentuan 1 Syawal tahun ini, berdasarkan data hisab dalam Almanak PBNU 2011, posisi hilal masih dinyatakan belum memenuh kriteria imkanur rukyat atau bisa dilihat pada saat dilakukan pengamatan pada 29 Ramadhan nanti. Namun ini tetap harus dibuktikan dalam rukyatul hilal nanti.

"Data hisab yang bahkan telah kita hitung sejak dua tahun yang lalu dan telah dituangkan dalam Almanak PBNU 2011 hanyalah sebagai pemandu pelaksanaan rukyat atau observasi lapangan. Menurut NU, hisab hanya sebagai pemandu, bukan penentu," katanya seperti dikutip nu.or.id. (25/08).

Karena itu, PBNU menegaskan belum menetapkan tanggal 1 Syawal 1432 Hijriyah. Penetapan baru akan dilakukan setelah diadakan rukyatul hilal di beberapa titik strategis di Indonesia pada 29 Ramadhan nanti. Itu pun masih harus dilaporkan terlebih dahulu dalam sidang itsbat di kantor pusat Kementerian Agama Jakarta.
Disalin sesuai aslinya oleh SDM Ambokembang dari :  http://www.lazuardibirru.org/?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar