A. MENGAPA PERLU MANAJEMEN KELAS ?
Proses pembelajar adalah proses membantu siswa belajar, yang ditandai dengan perubahan perilaku baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Seorang guru hanya dapat dikatakan telah melakukan kegiatan pembelajaran terjadi perubahan perilaku pada dan peserta didik sebagai akibat dan kegiatan tersebut. Ada hubungan fungsional antara perbuatan guru mengaiar dengan perubahan perilaku peserta didik. Artinya, proses pembelajaran itu memberikan dampak kepada perkembangan pesena didik.
Pikiran itu mengandung arti bahwa dampak itu terjadi karena ada proses interaksi antara guru dan peserta didik, antarapeserta didik dengan peserta didik, antara peserta didik dengan iklim atau suasana belajar yang kembagkan. Setiap kegiatan pembelaiaran bertolak dan dan terarah kepada pencapaian tujuan Di sini, upaya sistematis yang berkaitan dengan pengembagan lingküngan belajar diciptakan agar tujuan pembelajalan tercapai. Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dikatakan sebagai dampak dan proses penibelalaran.
Dampak pembelajaran dapat dibedakan ke dalam dampak langsung atau dampak instruksionial dan dampak tak langsung atau dampak pengiring. Dampak langsung adalah dampak yang ditirnbulkan oleh kegiatan pembelajaran yang telah diprogramkan semula, sedangkan dämpak penginiug muncul sebagai pengaruh darn atau terjadi pengalaman dan lingkungan belajar. Proses penibelaiaran yang mengutamakan disiplin akademik tinggi dapat menimbulkan dampak pengining berupa tunibuhnya sikäp ilmiah yang positif, tetapi mungkin pula tumbuh sikap aroganis (keangkuhan) intelektual. Dampak pengiring adalah sesuatu yang bisa terjadi ke arah positif maupun negatif. Dalam suatu kegiatan pembelaiaran bisa terjadi lebih dan satu dampak pengiring.
Dampak pengiring bisa berwujud dalam bentuk pemahaman apresiasi, sikap, motivasi, kesadaran, keterampilan sosial, dan perilaku sejenis lainnya.
Dampak pengiring pada suatu proses pernbelajaran bisa menjadi dampak instruksional dan proses pembelajaran yang lain. Oleh karena itu, dalam wujud perilaku individu dampak instmksional dan dampak pengiring akan menjadi satu keterpaduan. Kondisi ini merupakan gambaran perilaku efektif dari proses perkembangan peserta didik.
Tampak jelas bahwa. pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang tidak semata-niata memberikan dampak instruksional tetapi juga membenkan dampak pengiring positif. Proses pembelajaran akan selalu berlangsung dalam suatu adegan, di sekolah jelasnya adalah adegan kelas. Adegan itu perlu diciptakan dan dikembangkan menjadi wahana bagi keberlangsungan proses pembelajaran yang efektif. Hal ini berarti diperlukan manajemen tersendiri untuk mengembangkan dan memelihara adegan itu, dan manajemen yang dimaksud adalah manajemen kelas.
Tarnpaknya tidak ada aspek yang dibicarakan sesering manajemen kelas, dan menjadi kepedulian calon guru, guru pemula, atau guru berpengalaman. Alasannya cukup sederhana, ialah bahwa manajemen kelas merupakn perangkat perilaku yang kompleks di mana guru menggunakannya untuk mengembangkan dan memelihara kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik mcncapai tujuan pembelajaran secara efisien. Dengan kata lain, manajemen kelas yang efektif menjadi prasyarat utama bagi pembelajaran yang efektif. Manajemen kelas dapat dipandang sebagai tugas guru yang amat fundamental.
B. SEMBILAN PENDEKATAN
Tidak ada satu pendekatan pun yang dianggap sebagai pendekatan terbaik dalam manajemen kelas. Oleh karena itu, seorang guru memang perlu memahami berbagai pendekatan, yang secara ringkas akan dicoba didiskusikan di dalam uraian berikut ini. Walaupun mungkin terkesan terjadi penyederbanaan yang berlebihan, hasil kajian literatur menujukkan ada sembilan definisi, yang sekaligus menggambarkan pendekatan tentang manajemen kelas. Kesembilan pendekatan ini dibedakan karena memang setiap pendekatan menampilkan posisi filosofis dan wujud operasional dan manajemen kelas.
Pendekatan pertama ialah pendekatan otoriter. Pendekatan ini memandang bahwa manajemen kelas adalah proses mengendalikan perilaku peserta didik. Dalam posisi ini. peranan guru adalah mengembangkan dan memelihara aturan atau disiplin di dalam kelas. Tekanan utamanya terletak pada menjaga ketertiban dan memelibara kcndali melalui penanaman disiplin. Di dalam pendekatan ini disiplin adalah sama dengan manajemen kelas.
Terkait erat dengan pendekatan otoriter. pendekatan kedua disebut pendekatan intimidasi. Pendekatan ini juga memandang manajemen kelas .sebagai proses mengendalikan perilaku peserta didik. Lain halnya dengan pendekatan otoriter, pendekatan intimidasi tampak lebih dilandasi oleh asumsi babwa perilaku peserta didik paling baik dikendalikan oleh perilaku guru. Perilaku guru yang dimaksud seperti menyalahkan, mengancam. memaksa dan menolak. Peran guru adalah mengiring peserta didik berperilaku sesuai dengan keinginan guru sehingga mereka merasa takut untuk melanggamya.
Pandangan ketiga, yang bertentangun langsung dengan pendekatan intimidatif, ialah pendekatan permisf. Esensi pendekatan terletak pada peran guru memaksimalkan kebebasan peserta didik, membantu peserta didik nerasa bebas melakukan apa yang mereka mau. Jika hal itu tidak dilakukan maka yang terjadi adalah proses menghambat perkembangan peserta didik.
Tidak seperti pendekatan sebelumnya, pendekatan keempat ini disebut pendekatan buku masak. Pendekatan ini tidak didasarkan atas konsep teoretis atau landasan psikologis tertentu. Pendekatan ini merupakan kombinasi dan berbagai pandangan, merupakan himpunan “resep” bagi guru. Pendekatan ini diajikan dalam bentuk daftar tentang apa yang hendaknya dilakukan dan tidak dilakukan guru di dalam bereaksi atas berhagai situasi bermasalab. Pendekatan ini disebut pendekatan büku masak karena berisi rakitan daftar tahapan yang harus dilakukan guru, peran guru adalah mengikuti resep untuk.
Pendekatan manajemen kelas yang kelima didasarkan kepada suatu keyakinan bahwa perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang cermat (careful) akan mencegah muncul perilaku bermasalah Pendekatan ini menekankan bahwa perilaku guru dalam pembelajaran ialah mencegah atau menghentikan periaku peserta didik yang tdak tepat. Peran guru ialah merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan baik, yaitu pembelajaran yang sesuai dengan kehutuhan dan minat peserta didik, dan yang memotivasi peserta didik. Pendekatan kelirna ini disehut pendekatan intruksional.
Peridekatan keenam ialah pendekatan modifikasi perilaku. Pendekatan ini memandang manajemen kelas scbagai proses ncmodfikasi perilaku peserta didik. Peran guru adalah mempercepat tercapainya perilaku yang dikehendaki dan mengurangi atau menekan perilaku yang tidak dikehendaki. Dengan kata lain, guru membanti peserta didik mempelajari perilaku yang tepat dengan menggunakan prinsip-prinsip pengkondisian dan penguatan.
Pendekatan ketujuh memandang manajemen kelas sebagai proses menciptakan iklim. sasio-emosional yang positif di dalam kelas. Asumsi dan pendekatan ini ialah bahwa belajar dapat dimaksimalkan di dalam iklim kelas yang positif, dan iklim semacam ini muncul dan hubungan antar pribadi yang positif antara guru peserta didik maupun antara peserta didik peserta didik. Oleh karena itu,:peran guru adalah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pengembangan hubungan antarpribadi yang sehat. Dalam pendekatan ini juga terkandung peranguru sebagai seorang fasilitator dan motivator bagi peserta didik untuk lebih berkembang dengan optimal.
Pendekatan yang kedelapan meneinpatkan kelas sebagai suatu sistem sosial di mana proses kelompok dalam sistem tersebut menjadi hal penting yang paling utama. Asumsi dasarnya ialah bahwa pembelajaran itu terjadi di dalam kelompok. Oleh karena itu, hakikat dan perilaku kelompok kelas dipandang sebagai faktor yang memiliki pengaruh berarti (signifikan) terhadap belajar, bahkan dalam proses belajar individual sekalipun. Peran guru iaiah mempertcepat perkembangan dan terwujudnya kelompok kelas yang efektif.
Kedelapan posisi yang dikemukakan di atas menggarnbarkan perbedaan dan delapan pcndekatan manajemen kelas, dengan masing-masing keyakinan, akan tetapi tidak ada satu pendekatan pun yang teruji paling baik. Oleh karena itu, Anda sebagai guru didorong untuk menyerap pendekatan-pendekatan tersebut dan tidak hanya bertolak dan satu pendekatan. Anda didorong untuk melihat adanya kejamakan definisi tentang manajemen kelas.
Pendekatan kesembilan bertolak dan kejamakan defmisi. Defmisi jamak akan memperluas ragam pendekatan dan mana kita akan memilih strategi untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang mendukung terjadinya pembelajaran yang efektif. Pendekatan jamak atau pendekatan pluralistik (James M. Cooper, ed., 1990) ini tidak mengikat guru kepada strategi manajerial tinggal, melainkan memberi peluang kepada guru untuk mempertimbangkan seluruh strategi yang dapat dan tepat dilakukan.
Definisi manajemen kelas yang marefleksikan kejamakan pendekatan itu kiranya dapat dirumuskan sebagai perangkat kegiatan di mana mengembangkan dan memelihara kondisi kelas yang dapat mendorng terjadinya pembelajaran yang efektif dan efisien. Brophy dan Putnan (Good Ian Brophy, 1990) menyebutnya sebagai pendekatan optimal. yaitu sebagai peroses pengembangan lingkungan belajar yang dikehendaki dan menekankan sekecil mungkin pembatasan-pembatasan.
Jika disimak ulang apa yang diuraikan di atas, dapat diangkat fungsi-fungsi pokok manajemen kelas sebagai berikut:
1. fungsi preventif, mencegah munculnya perilaku bermasalah;
2. fungsi kuratif, menyembubkan perilaku bermasalah;
3. fungsi pemeliharaan, memelihara kondisi yang positif
4. fungsi pengembangan, mengembangkan kondisi yang kondusif
5. fungsi fasilitator, memfasilitasi kebutuban-kebutuhan untuk berkembang;
6. fungsi motivator, memberikan dorongan untuk berprestasi dan berkembang.
Fungsi-fungsi ini amat sejalan dengan fungsi bimbingan dan konseling yang akan dibahas pada bagian tersendiri.
C. PEMBELAJARAN DAN MANAJEMEN
Dilihat dan kacamata tugas guru, pembelajaran akan menyangkut dua rangkat kegiatan yaitu: mengajar dan manajemen. Kegiatan mengajar dimaksudkan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan-tujuan pcndidikan. Mendiagnosis kebutuban peserta didik, perenoanaan pengajaran, penyajian inforrnasi, mengajukan pertanyaan, dan menilai kemaluan peserta didik adalah berbagai contoh kegiatan mengajar. Sedangkan kegiatan manajerial dimaksudkan untuk menciptakan dan memelihara kondisi yang memungkinkan pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efisieri. Pemberiari hukuman dan ganjaran, pengembangan rapport (hubungan akrab) antara guru dan peserta didik, pengembanigan norma kelompok yang produktif merupakan contoh berbagai kegiatan manajerial.
Kedua hal tersebut, yaitu kegiatan mengajar dan manajerial, di dalam praktek sering kali sulit ditarik garis pemisah yang tegas. Akan tetapi seorang guru perlu paham mana persoalan mengajar dan mana persoalan manajerial. Sebagai contoh, perencanaan pengajaran yang baik dan cukup menarik tidak akan dapat memecahkan masalah anak yang menarik diri sebab perilaku menarik diri bisa disebabkan oleh penolakan kawan sekelas anak itu terhadap dirinya. Perencanaan pengajaran adalah persoalan mengajar, sedangkan perilaku penolakan dan menarik diri adalah persoalan manajemen kelas dan menghendaki pemecahan manajerial.
Jika demikian halnya. tampak bahwa manajemen kelas adalah prasyarat dan sekaligus menjadi aspek penting bagi terjadinya proses pembelajaran yang efektif. Berbagai basil penelitian menunjukkan ada hubungan positif antara perilaku manajemen kelas yang dilakukan guru dengan penilaku yang diharapkan dan peserta didik (James M. Cooper, ed. 1990). Beberapa contoh dalam hal apa strategi manajemen kelas yang efektif untuk mengembangkan perilaku peserta didik ialah: (1) strategi otoriter efektif untuk rnengikuti perilaku yang keliru, (2) sategi modifikasi perilaku efektif untuk meningkatkan perilaku yang tepat, (3) srategi iklim sosio-emosional efektif untuk mempercepat hubungan antarpribadi yang positif, dan (4) strategi proses kelompok efektif untuk menumbuhkan noma kelompok kelas.
1. Faktor Keragaman dan Perkembangan di dalam Manajemen Kelas
Keragaman individual dan kelompok di antara peserta didik membawa implikasi terhadap manajemen kelas. Keragaman usia, jender (gender yaitu identitas jenis), etnik kecakapan, dan kesiapan belajar adalah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam manajemen kelas. Sebagai contoh. kemampuan identitas jenis yang tampak pada anak sekolah dasar ialah aktivitas fisik. Anak laki-laki, secara fink, lebih aktif daripada anak perempuan. Implikasi dan kondisi itu ialah hahwa di dalam manajemen kelas sulit dilakukan pembatasan-pembatasan yang ketat bagi aktivitas fisik anak. Penataan kelas yang kaku akan menghambat aktivitas fisik anak dan dapat menjadikan dia frustasi.
Ilustrasi di atas tidak mengandung anti bahwa pembatasan harus ditiadakan, akan tetapi tentu perlu dilakukan penyesuaian. Dalam hal mi guru hendaknya memikirkan dan mencermati: (1) apakab model pembelajaran yang digunakan cocok bagi peserta didik? (2) pembatasan-pembatasan fisik apa yang benar-benar dipeniukar? (3) adakab ragain cam yang bisa ditenipuh untuk rnencapai tujuai, sehingga peserta didik dapat menggunakan berbagai cara yang lebih disukai dan cocok dengan dirinya? Artinya, guru perlu melakukan penyesuaian terhadap kondisi peserta didik. Seorang anak yang menunjukkan dorongan aktivitas fisik yang tinggi perlu diberi peluang di dalam cara-cara yang tidak menimbulkan pertentangan atau konflik dengan tujuan penhelajaran.
Keragaman yang diuraikan di atas terkait erat dengan perkembangan peserta didik. Dalam Kegiatan Belajar 1 telah dibahas berbagai hal tentang perkembang peserta didik, baik perkeinbangan fisik, kognitif, pribadi maupun sosial. Semua aspek perkembangan ini berpengaruh terhadap peran guru dan teknik-teknik manajemen kelas.
Karena sifat dan karakteristik perkembangan peserta didik, kelas-kelas di tingkat sekolah dasar, dapat digolongkan ke dalam kelas awal/rendah (kelas 1-3) dan kelas tinggi (kelas 4-6). Balikan Brophy dan Evertson (Good dan Brophy, 1990) membedakannya ke dalam kelas-kelas awal, tengah, dan tinggi. Penggolongan kelas seperti ini membawa implikasi terhadap peran guru dan teknik manajemen kelas.
Lebih jauh di gambarkan oleh Brophy dan Evertson bagaiinana guru berperan dalam setiap golongan kelas yang dimaksud, seperti berikut ini:
a. Pada tingkat taman kanak-kanak dan kelas awal. Pada tingkat ini anak disosialisasikan ke dalam peran serta didik dan diajari keterampilan dasar. Orang dewasa, jelasnya guru, masib lebih banyak tampil sebagai figur otoritas yang mengajarkari, apa yang harus dan yang tidak boleb dilakukan. Anak Iebih banyak mçmerlukan arahan, dorongan, bantuan, dan perhatian dari guru. Perilaku menyenangkan guru masih tampak dominan pada tingkat ini. Pada saat ini masalah atau gangguan serius belum tampak. Konsekuensinya, fungsi utama guru sebagai pengajar dan pengsosialisasi anak yang mengajar anak tentang apa yang harus dilakukan, daripada membawa anak menyetujui atau menyepakati aturan-aturan yang dikena1nya. Pada tingkat kelas ini, aspek pengajaran dan sosialisasi nienjadi aspek fundamental dan manajemen kelas.
b. Pada tingkat kelas tengah. Tingkat ini berawal ketika sosialisasi terhadap peran peserta didik dilakukan dan terus dilanjutkan pada tingkat berikutnya. Pada tingkat ini anak sudah lebih mengenal aturan rutin sekolah dan dia relatif menyepekatinya. Jadwal kehadiran di sekolah, tata cara berpakaian merupakan aturan rutin yang dikenal dan “disepakati” anak. Gangguan serius mulai sering muncul, walaupun bukan sebagai hal yang umum. Dalam kondisi ini memelihara lingkungan belajar yang tepat merupakan aspek sentral dan manajemen kelas bagi keberhasilan pembelajaran.
c. Pada tingkat kelas tinggi. Pada tingkat ini anak mengalihkan orientasi dan menyenangkan guru kepada menyenangkan kelompok sebaya. Guru mulai disesalkan jika bertindak sebagai figur otoritas. Beberapa anak mulai menimbulkan gangguan dan sulit dikendalikan daripada sebelumya. Keadaan ini menjadi unsur penting dari peran guru lain halnya dengan tingkat awal, pada tingkat ini guru lebih berperan dalam memotivasi peserta didik untuk berperilaku sebagaimana seharusnya mereka berbuat dan bukan mengajari mereka bagaimana melakukan itu.
d. Pada tingkat lanjutan. Pada tingkat ini guru harus memperhatikan anak sebagai individu, artinya guru harus memperhatikan benar siswa dan segi minat, kepribadian, kemampuan. sifat, kebutuhan, masalah, agar pembelajaran dapat terjadi secara optimal Selain ini juga perlu memperhatikan faktor psikologi anak yang mencakup masa peralihan dari anak ke remaja (pubertas) dan dan remaja ke dewasa.
Uraian di atas menunjukkan betapa aspek dalam manajemen kelas harus dipertimbangkan dalam mengambil keputusan-keputusan dalam pembelajaran dalam setiap tingkatan kelas.
2. Tahap-tahap Proses Manajemen Kelas
Di depan telah dikemukakan bahwa pendekatan jamak memandang manajemen kelas sebagai suatu proses, sebagai perangkat kegiatan, di mana guru mengembangkan dan memelihara kondisi untuk terjadinya pembelajaran yang efektif dan efisien. Di dalam pendekatan jamak ini ada empat langkah yang mesti di tempuh guru untuk melaksanakan manajemen kelas (James and Cooper, ed, 1990). Keempat langkah tersebut ialah:
(1) merumuskan kondisi kelas yang dikehendaki, (2) menganalisis kondisi kelas yang ada pada saat ini, (3) memilih dan menggunakan startegi manajerial, serta (4) menilai efektivitas manajerial.
3. Merumuskan spesifikasi Kondisi Kelas yang Dikehendaki
Manaemen kelas adalah proses yang bertujuan, yaitu guru menggunakan brbagai strategi manajerial untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan diidentifikasikasi dengan baik. Oleh karena itu, tahap pertama yang harus dilakukan guru ialah merumuskan spesifikasi kondisi kelas yang dikehendaki, sebagai suatu kondisi ideal. Untuk itu seorang guru perlu memiliki konsep yang jelas tentang kondisi. kelas yang diyakininya sebagai kondisi untuk terjadmya pembelajaran yang efektif kondisi yang dimaksud bukanlah kondisi yang beilaku universa1 sepanjang waktu dan dalam berbagai adegan, melainkan kondisi yang harus diuji dan diperbaiki.
Secara konkret kondisi kelas yang dikehendaki dapat dirumuskan dalam bentuk rurnusan perilaku peserta didik yang diharapkan terjadi pada saat proses pernbelajaran. Sebagai contoh apakah perilaku berikut diharapkan terjadi pada peserta didik?
1. Siswa menarnpillcan perilaku berorientasi tugas.
2. Siswa memahami harapan guru dan berperilaku sesuai dengan harapan kita.
3. Siswa menampilkan penilaku belajan yang.produktif.
4. Siswa mengikuti aturan yang ditetapkan.
5. Siswa berkomunikasiterbuka danjujur, dansebagainya.
Harapan guru terbadap peserta didik sekaligus merupakan peran peserta didik itu. Good danBrophy (1990) merumuskan peran peserta didik .ini ke dalam tiga peran. pokok,::yáitu: (I) penguasaan keterampilan .dasar, (2) pengembangan minat terhadap pengetabuan tentang topik-topik yang turkandung dalam kurikulum, dan (3) partisipasi sehagai anggota kelompok.
4. Menganalisis Kondisi Kelas Aktual
Kondisi kelas aktual adalah kondisi pada saat ini. Analisis kondisi kelas pada saat ini penting di1akukan untuk dibandingkan dengan kondisi ideal yang telah dirumuskan pada tahap satu Analisis semacam ini akan membantu guru untuk mengidentifikasi hal-hal berikut ini.
a. Kesenjangan antara kondisi nyata dangan kondisi ideal, dan menetapkan hal-hal yang segera memerlukan perhatian.
b. Masalah-masalah potensial yang bisa muncul sekiranya guru tidak behasil mencegahnya.
c. Kondisi nyta yang perlu dipelihara, ditingkatkan, dan dipertahahkan karena merupakan kondisi yang dikehendaki.
Kegiatan operasionainpada tahap kedua ini ialah merumuskan masalah manajenial dan. masalah pengajaran. Cermatilah ilustrasi berikut agar Anda memahami benar kegiatan ini.
Contoh:
Ilustrasi 1
Ramli seorang siswa kelas enam menunjukkan unjuk kerja akademik rendah. Kemampuan belajarnya kira-kira sama dengan kelas empat. Pak Ato, guru Ramli menggambarkan dia sebagai anak “paling jelek” di kelasnya karena terus-menerus berperilaku tidak sesuai, menolak mengerjakan pekerjaan rumah, dan sering mengganggu temannya di kelas.
Diskusi
Sekalipun selintas tarnpak sebagai masalah manajerial, namun masalah yang dihadapi Ramli lebih merupakan masalali pengajaran. Kemampuan akademik Ramli yang rendah menjadikan dia frustasi dan frustasi yang dialaminya itu menimbulkan perilaku salah suai. Mengharapkan Ramli mampu menampilkan kualitas kerja yang sama dengan temannya adalah hal yang tidak realistik. Yang perlu dilakukan ialah guru memperbaiki pengajaran yang sesuai dengan tingkat kecakapan dan prestasi Ramli slingga dia mcmperoeh kesempatan sukses. Kesempatan sukses ini kiranya dapat mengurangi kebutuhan Ramli untuk menampilkan perilaku salah suai.
ilustrasi 2
Walaupun Suci sudah delapan minggu memasuki sekolah baru, namun dia tetap masih berstatus sebagai “siswa baru”. Din masih belum dapat diterima sepenuhnya oleh teman sekelasnya di kelas empat. Dia tampak malu dan menghindar. Bu Dian, guru Suci mencoba melakukan upaya untuk mengungkap permasalahan Suci. Dia (Bu Dian) membentuk kelompok kecil untuk mengerjakan proyek bidang studi IPS. Dan Suci ditempatkan di dalam kelompok tersebut bersama tiga siswa wanita temannya.
Diskusi
Iustrasi di atas menggambarkan masalah manajerial. Jika Suci datang dengan partisipasi penuh, sebagai anggota yang aktif, gurunya tentu harus membantu dia mempersepsi kelompok sebagai kelompok yang atraktif dan menerima anggotanya. Kegiatan pengajaran tertentu, seperti dilakukan Bu Dian, dapat membantu mempermudah proses, akan tetapi esensi masalahnya terletak pada masalab manajerial. Tujuan manajerial yang dapat diangkat dan kasus ini mencakup: (1) siswa menuniukkan huburigan antarpribadi yang positif, (2) siswa menampilkan kekohesian kelompok, dan (3) siswa tampil sebagai anggota kelompok kelas.
Memilih dan Menggunakan Strategi Manajerial
Setelah mengidentifikasi kesenjangan kondisi aktual dengan kondisi deal, yang dirumuskafl di dalam masalah manajerial, langkah berikut adalah nemilih dan menggunakan strategi yang akan dilakukan untuk menjembatani kusenjangan tersebut atau memecahkan masalah, mencegah timbulnya masalah, dan memelihara kondisi positif yang telab terjadi.
Guru dapat mernilih lebih dan satu pendekatan manajerial di dalam mengembangkan kondisi kelas yang mendukung proses pembelajaran yang efktif.
Menilai Efektivitas Manajerial
Pada tahap keempat ini guru menilai upayanya sendiri. Sampai di mana upaya yang dilakukan itu dalam mengembangkafl dan memelihara kondisi yang dikehendaki, serta sampai di mana upaya itu dapal mempersempit kesenjangan antara kondisi aktual dengan kondisi ideal. Penilaian ini difokuskan kepada dua perangkat perilaku, yaitu perilaku guru dan perlaku peserta didik.
Dalam hal pertama guru menilai sampai di maria perilaku dan strategi manajerial yang digunakan dapat menumbuhkan kondisi yang dikehendaki. Dan dalam hal kedua, guru menilai sarnpai di mana para peserta didik berperilaku sesuai dengan cara-cara yang dikeheridaki. Untuk keperluan penilaian yang dimaksud, data dapat dikumpulkan dan tiga sumber, yaitu guru, peserta didik, dan pengamat luar.
Jika kedua fokus dan ketiga sumber penilaian itu dipasangkan akan dapat diidentifikasikan strategi penilaian efektivitas perilaku manajerial guru. seperti tampak dalam daftar berikut ini.
Sumber Data | Perilaku Guru | Perilaku Peserta Didik |
Guru Peserta Pengamat | Guru bertanya dan menilai peiilaku sendiri. Peserta didik bertanya dan menilai perilaku guru Pengamat bertanya dan menilal perilaku guru | Guru bertanya dan menilai perilaku peserta didik Peserta didik bertanya dan menilai perilaku sendiri Pengamat bertanya dan menilai perilaku peserta didik |
Tabel tadi menunjukkan ada sembilan strategi penilaian efektivitas perilaku manajerial. Untuk keperluan pelaksanaan peni1aian dengan menggunakan sirategi di atas perlu dikembangkan Iembar pengamatan tentang perilaku guru dan perilaku peserta didik. Berikut ini disajikan contoh lembar pengamatan, dan untuk selanjutnya dapat dikembangkan sendiri.
Lembar Pengamatan Perilaku Guru
.......................................... 1 Guru mendorong peserta didik berkomunikasi secara terbuka
......................................... 2 Guru berbicara tentang situasi daripada berbicara tentang kepribadian peserta didik pada saat menangani masalah
......................................... 3 Guru mengekspresikan perasaan dan sikap yang sebenarnya kepada peserta didik
......................................... 4 Guru menyatakan harapannya secara jelas dan eksplisit kepada peserta didik
......................................... 5 dan seterusnya
Lembar Pengamatan Pei-ilaku Pescita Didik
......................................... 1 Peserta didik mempelajari mata peiajaran
......................................... 2 Peserta didik bekerja sama dengan balk dalarn kelompok
......................................... 3 Peserta didik merasa bebas mengekspresikan pikiran dan perasaan
......................................... 4 Peserta didik memandang gurunya secara objaktif
......................................... 5 dan seterusnya
4. Penataan Lingkungan Fisik Kelas
Manajemen kelas yang baik terarah kepada upaya pencegahan nunculnya perilaku bermasalah, dan penataan 1ingkingan fisik merupakan unsur penting dalam manajemen kelas. Penataan kelas akan mempengaruhi kcterlibatan dan partisipasi peserta didik, dan penataan secara fisik harus sejalan dengan tujuan pembelajaran. Wahana Iingkungan fisik akan nempengaruhi perilaku peserta didik baik secara 1axtgung maupun melalui perilaku guru, atau melalui tugas-tugas terstruktur diberikan guru kepada peserta didik.
Sebagai contoh, ketika peserta didik dinunta untuk curah gagasan, unjuk kerja mereka lebih baik dalam posisi duduk berlingkar daripada dalam posisi berbanjar. ini menunjukkan bahwa dalam posisi melingkar para peserta didik Iebih mudah berinteraksi dan guru lebih mudah memantau interaksi rnereka.
Dilihat dan sisi ukuran kelas, secara umum, keas kecil lebih mudah dike1o1a daripada kelas besar. Ada beberapa keuntungan bekerja dengan kelas kecil, yang berjumlah antara dua puluh sampai dua puluh lirna orang, yaitu peserta didik (1) lebih banyak dilibatkan di dalam proses kerja. (2) tidak terlalu lama menunggu bantuan guru jika mereka menghadapi masalah, 3) tidak banyak mengalami kevakuman karena tidak ada tugas atau latihan. Tidak ada pergantian kegiatan pembelajaran walaupun guru menghadapi kelas kecil. Yang ada hanyalah bahwa dia menghadapi peserta didik dalam jumlah yang lebib sedikit.
Ukuran kelas di Indonesia sangat beragam. Di kota-kota besar, ukuran biasa relatif besar, antara 30-40 orang, namun di kota-kota kecil dan pedesaan cenderung bcrukuran kecil. Seorang guru tentu tidak dapat langsung mendistribusikan perhatian kepada kelas secara menyeiuruh. Oleh karena itu, salah satu alternatif atau cara yang dapat diakukan, terutarna dalam kelas besar, membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok
Pengelompokan peserta didik ke dalam kelompok kecil harus dilakukan dengan hati-hati. .Apakah keompok akan dibuat secara homogen atau heterogen. Kelompok homogen adalah kelompok yang terdiri atas peserta didik dengan kemarnpuan dan kebutuhan yang relatif sama. Sedangkan kelompok heterogen adalah kelompok yang terdiri atas peserta didik dengan kemampuan dan kebutuhan yang beragam. Kelompok homogen akan lebih mudah dikelola tetapi sulit memunculkan peran pengambil inisiatif di dalam kelompok. Kelompok heterogen memerlukan keragaman perlakuan tetapi mungkin dapat dimunculkan peran-peran pengambil inisiatif yang dapat meningkatkan dinamika dan produktivitas kelompok.
Pengelompokan peserta didik seperti itu akan bergantung kepada tujuan pembelajaran. Jika pembelajaran itu lebih terarah kepada upaya memberikan pcrlakuan khusus seperti remedial dan pengayaan, kelompok homogen mungkin akan lebih efektif. Akan tetapi jika pembelajaran itu dimaksudkan untuk mempelajari topik-topik tertentu, apalagi sekaligus ingin menyentuh perkemhangan, non -kognitif kelonipok heterogen mungkin aken lebih efektif.
Ada beberapa keuntungan baik bagi peserta didik maupun guru dengan bekerja daam keompok kecil, yaitu: (1) pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan khusus peserta didik dalam kelompok, (2) guru dapat memantau pekerjaan peserta didik secara langsurig dan memberikan balikan sesegera rnungkin, (3) peserta didik yang lamban dan pemalu akan lebih berani bertanya dalam kelempok kecil, (4) peserta didik akan lebih mampu bertahan menghadapi tugas dan berperilaku ajek karena mereka selalu tersentuh olch kendali guru, dan (5) peserta didik merasa lehih bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugarnya di dalam kelompok kecil.
Dapat dikatakan bahwa pengelompokan peserta didik seperti ini tidak mengubah tugas guru, dan mengakhkan tanggung jawab kepada peserta didik. Tugas esensial guru tetap dilakukan, bahkan guru harus menjadi lebih toleran terhaclap keragarnan individual peserta didik serta menyiapkan sumber dan media pembelajaran yang dapat rnembantu efektivitas kegiatan kelompok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar