Rabu, 14 Desember 2011

Tenaga Pengajar Indonesia Belum Berpikir Secara Kreatif

Tenaga pengajar Indonesia dituntut untuk lebih kreatif dalam menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) karena kurikulum tersebut justru memberikan kebebasan dan menggali kreatifitas dalam proses belajar mengajar.

"Sebetulnya kurikulum ini (KTSP) justru menggali kreatifitas guru dan sekolah. Para pengajar bisa saja memakai keahlian dari tokoh masyarakat, ahli industri setempat. Tapi itu tidak terjadi karena guru masih berpikiran pemerintahlah yang memberikan guidance (arahan) atas apa yang harus dilakukan. jadi kreatifitas itulah yang belum terjadi di lapangan," kata Dekan Sampoerna School of Education (SSE), Prof Dr, Paulina Pannen.


Paulian mengatakan bahwa KTSP itu sebenarnya banyak keunggulannya. Kurikulum tersebut memberikan kebebasan kepada guru-guru dan sekolah untuk menentukan apa yang sebenarnya harus diberikan ke siswa.

Dalam Jumpa Pers Konferensi Guru Nasional yang diadakan STE, Paulina mengatakan sejumlah tenaga pengajar Indonesia belum berpikir secara kreatif sementara pemerintah sudah memberikan kesempatan untuk itu melalui KTSP. Menurut data UNESCO tahun 2011, Indonesia memiliki lebih dari 3,5 juta guru. Namun, berdasarkan data Kementerian Pendidikan Nasional, hanya terdapat 16,9 persen atau sekitar 575 ribu guru Indonesia yang merupakan guru profesional atau telah memiliki sertifikasi.
kondisi tersebut diperparah lagi dengan adanya hasil kajian menunjukan bahwa pola pikir guru masa kini telah tertular gaya hidup modern. Sehingga, mereka enggan pindah ke desa.palagi desa terpencil yang mestinya memerlukan perhatian dari para tenaga pendidikan demi mensukseskan tujuan pendidikan nasional. ''Para guru enggan di desa ternyata karena unsur intrinsik atau diri individu guru itu. Mereka termakan gaya hidup modern yang mengutamakan fasilitas glamoritas,''
Hal tersebut tersimpulkan dari alasan-alasan penolakan para guru ketika diminta untuk pindah mengajar di desa. Apalagi jika lokasi desa tujuannya terpencil dan jauh dari kota, guru bersangkutan pasti akan langsung meradang dan menolak dengan keras. Kalau lokasinya masih dekat-dekat kota, mereka biasanya tidak akan menolak.
Namun demikian guru tetaplah pahlawan tanda jasa, karena melalului gurulah generasi kedepan nasib bangsa sangat ditentukan dan dipertaruhkan, jika prilaku guru dapat dijadikan tauladan maka akan berdampak positif bagi perkembangan kader bangsa kedepan, begitu pula sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar